Dear Mike,
Kahlil Gibran pernah berkata, ‘Seorang
teman yang jauh kadang-kadang lebih dekat dari orang yang sudah dekat. Bukankah
gunung jauh lebih menakjubkan dan lebih terlihat jelas oleh seseorang yang
melalui lembah daripada mereka yang menghuni gunung?’ Yah, seperti itulah
rasanya bagi saya saat ini ketika mengenalmu.
Mike, Entah ini sudah yang
keberapa kalinya saya mengatakan kepadamu, dan semoga kamu tidak bosan
mendengar pujian dari saya, bahwa saya sungguh mencintai tulisan-tulisanmu.
Jalinan kata-kata indahmu yang terkadang sedikit rumit selalu mampu membawa
saya larut di dalamnya. Imajinasi menari-nari dalam pikiran dan ikut merasakan
apa yang sedang kamu coba sampaikan. Membaca surat-surat dua hatimu di
#30HariMenulisSuratCinta membuat saya merasa iri hati. Ah, andai saja saya yang
menerima suratmu itu….
Padahal, menurut Khalil Gibran
(lagi), “Semua kata-kata kita hanyalah remah-remah yang jatuh dari pesta
pikiran” dan “Puisi bukanlah pendapat yang dinyatakan. Ia adalah lagu yang
muncul daripada luka yang berdarah atau mulut yang tersenyum.”
Saya hanyalah pencinta kata yang
tidak pandai merangkai kata-kata. Akan
tetapi Mike, apa yang selalu kamu tuliskan adalah indah untuk jiwa saya. Mungkinkah
kamu akan menjadi seorang pujangga terkenal dan manis dari Salatiga? Semoga ya, Mike! ^^
Jika kamu bertanya-tanya kenapa
saya menuliskan surat ini untukmu, Mike, selain ingin memberikanmu pujian, saya
juga ingin kamu mengingat bahwa disaat kamu sedang malas untuk menulis,
ingatlah bahwa ada salah seorang pengagummu di sini yang selalu menanti tulisan
dirimu.
(Lagi-lagi) Kata Khalil Gibran,
“Kata-kata tidak mengenal waktu. Kamu harus mengucapkannya atau menuliskannya
dengan menyadari akan keabadiannya.”
Dan saya menyadari bahwa surat saya untukmu ini akan abadi juga, Mike. Seabadi persahabatan yang ingin saya jalin bersama denganmu.
No comments:
Post a Comment