Apakah kamu ingat, dulu sekali pernah
saya berkata kepadamu, ”Setiap hujan deras, cobalah keluar. Hitung dan rasakan
titik air hujan yang banyak itu jatuh dari langit. Sebanyak itulah saya
bersyukur telah mengenalmu.”
Lalu kamu pun berkata, ”Setiap
butiran pasir di pantai dan titik hujan dari langit, itulah jumlah syukur yang
saya punya dengan mengenalmu. Walau secara lisan dan nyata kamu seakan-akan
tiada. Tapi kamu selalu di hati ini.”
Dan bertahun-tahun lalu, pernah saya bertanya, “Bagaimana
jika saya pergi, apakah kamu akan mencari saya? Bagaimana jika saya menghilang,
apakah kamu akan datang dan menemukan saya?”
Kamu tidak bisa menjawabnya, kamu bilang kamu hanya
memberikan misteri untuk saya. Kamu tidak bisa bersama dengan saya tetapi kamu
juga tidak bisa kehilangan saya.
Sekarang,
Setelah saya menghilang dan pergi darimu sekian lama,
saya tahu jawabannya. Kamu tidak pernah mencari saya. Kamu tidak pernah datang
dan menemukan saya.
Walau begitu,
Saya ingin kamu tahu, saya selalu membawa namamu dalam
doa saya. Diam saya bukan berarti saya melupakanmu. Saya masih menyimpan
percakapan kita di masa itu dengan baik dalam ingatan saya. Bahkan terkadang,
saya masih memimpikanmu seolah kita masih berada disaat kita berbagi segalanya.
Namun sekarang, saya tidak tahu harus bagaimana memulai lagi hubungan
pertemanan kita ini. Sekarang, kamu terlihat terlalu asing bagi saya.
Tidak mengapa jika kau sudah tidak mengingat saya di
sini. Saya hanyalah seseorang yang pernah hadir sesaat dalam lembaran kisah
hidupmu. Seseorang yang sesaat pernah berbagi suka, duka, tawa, canda.
Seseorang yang tidak pantas untuk dikenang terlalu banyak.
Yang terpenting, saya tahu bahwa doa yang saya panjatkan
untukmu dalam doa-doa saya terkabulkan karena saya melihatmu hidup lebih
bahagia sekarang bersama bidadari dan malaikat-malaikat kecilmu.
-Saya yang selalu mendoakan kebahagiaanmu-
No comments:
Post a Comment