Setelah bertahun-tahun lamanya, aku berjalan kembali di
kotamu ini. Aku merasa asing dengan keadaanmu sekarang padahal sering kali
ku habiskan masa kecilku di sini bersamamu. Tapi kini aku tidak mengenalimu
lagi. Tidak ada lagi lahan persawahan yang ku lihat. Tidak ada lagi binatang
ternak yang berjalan bebas untuk merumput. Tidak banyak lagi bunga-bunga merah yang
bermekaran di pinggir jalan. Hanya ada tembok-tembok tinggi yang menjulang. Banyak
bangunan baru yang berdiri dengan congkak. Jalan-jalan setapak pun kini sudah
beraspal. Tidak ada lagi sapaan dan pelukan hangat yang menyambutku setiap kali
aku datang.
Kini tidak seperti dulu lagi.
Dulu, orang-orang bahkan memulai pagi mereka sebelum ayam
berkokok yang menandakan fajar telah tiba. Ada yang berkebun, ada yang mencari
rumput untuk ternak mereka, ada yang bahkan sudah selesai masak saat kebanyakan
orang masih terlelap.
Dulu, air segar pegunungan selalu membasuh tubuhku di waktu subuh.
Lalu kemudian ku sambut pagi dengan udara dingin yang berbau harum dari tanaman
dan bunga-bungaan yang bermandikan embun. Aku berlari dengan semangat menuju
hamparan kolam ikan yang terbentang di hadapan mata. Merentangkan kedua
tanganku dengan mata terpejam, menikmati angin yang dengan lembut menyentuh
kulitku. Saat kembali ku buka mata, di sanalah ia menampakan dirinya dengan
malu-malu. Terang dan indah, menyilaukan dan memberi hangat. Ikan-ikan pun
bermunculan ke permukaan seolah tahu bahwa dia akan menghangatkan mereka,
seperti hangat yang kemudian kurasakan menyelimutiku. Tidak ada yang lebih
indah selain menyaksikan terbitnya mentari di daerah pegunungan saat pagi hari.
Aku merindukan pagi-pagi seperti itu lagi.
Tapi kini tidak
seperti dulu lagi.
No comments:
Post a Comment