Translate

Tuesday, 29 January 2013

Kenangan di Cipanas

Setelah bertahun-tahun lamanya, aku berjalan kembali di kotamu ini. Aku merasa asing dengan keadaanmu sekarang padahal sering kali ku habiskan masa kecilku di sini bersamamu. Tapi kini aku tidak mengenalimu lagi. Tidak ada lagi lahan persawahan yang ku lihat. Tidak ada lagi binatang ternak yang berjalan bebas untuk merumput. Tidak banyak lagi bunga-bunga merah yang bermekaran di pinggir jalan. Hanya ada tembok-tembok tinggi yang menjulang. Banyak bangunan baru yang berdiri dengan congkak. Jalan-jalan setapak pun kini sudah beraspal. Tidak ada lagi sapaan dan pelukan hangat yang menyambutku setiap kali aku datang.

Kini tidak seperti dulu lagi.   

Dulu, orang-orang bahkan memulai pagi mereka sebelum ayam berkokok yang menandakan fajar telah tiba. Ada yang berkebun, ada yang mencari rumput untuk ternak mereka, ada yang bahkan sudah selesai masak saat kebanyakan orang masih terlelap.

Dulu, air segar pegunungan selalu membasuh tubuhku di waktu subuh. Lalu kemudian ku sambut pagi dengan udara dingin yang berbau harum dari tanaman dan bunga-bungaan yang bermandikan embun. Aku berlari dengan semangat menuju hamparan kolam ikan yang terbentang di hadapan mata. Merentangkan kedua tanganku dengan mata terpejam, menikmati angin yang dengan lembut menyentuh kulitku. Saat kembali ku buka mata, di sanalah ia menampakan dirinya dengan malu-malu. Terang dan indah, menyilaukan dan memberi hangat. Ikan-ikan pun bermunculan ke permukaan seolah tahu bahwa dia akan menghangatkan mereka, seperti hangat yang kemudian kurasakan menyelimutiku. Tidak ada yang lebih indah selain menyaksikan terbitnya mentari di daerah pegunungan saat pagi hari.

Aku merindukan pagi-pagi seperti itu lagi.

Tapi kini tidak seperti dulu lagi.

No comments:

Post a Comment